PuskesmasNaioni Kupang
Kelurahan Naioni
Kecamatan Alak
Kota Kupang
Nusa Tenggara Timur
Coronavirus disease atau COVID-19 menular melalui droplet (percikan ludah) yang mengandung virus atau melalui kontak dengan permukaan yang terkena droplet. Virus ini dapat masuk melalui mukosa saluran seperti hidung, mulut, dan mata. Lalu, bagaimana jika droplet tersebut mengenai bayi? Apakah bayi dapat tertular COVID-19?
Dilansir dari CDC (Center for Disease Control and Prevention), penyebaran COVID-19 pada bayi baru lahir dapat saja terjadi melalui droplet yang ditularkan dari orang sekitar, seperti ibu/ayah, pengasuh, tenaga kesehatan, atau pengunjung yang mengidap COVID-19.
Di sisi lain, masih belum ada bukti kuat yang mendukung penularan dari ibu ke bayi selama dalam masa kehamilan atau pada saat proses melahirkan.
Hal ini selaras dengan pernyataan dari WHO bahwa sampai saat ini belum ada bukti atau laporan tentang transmisi vertikal COVID-19 dari ibu ke janin. CDC juga menegaskan bahwa virus SARS-CoV-2 tidak ditemukan pada cairan ketuban.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) juga mempublikasikan hasil penelitian kecil yang mereka lakukan. Seluruh responden dalam penelitian yang merupakan ibu hamil terinfeksi COVID-19 dilaporkan melahirkan bayi sehat tanpa terinfeksi COVID-19.
Kesimpulan sementara yang dapat ditarik adalah belum ada risiko penularan virus corona dari ibu hamil ke janin selama masa kandungan.
Seperti yang dikemukakan di atas, kemungkinan bayi untuk terinfeksi SARS-CoV-2 adalah melalui droplet yang dapat ditularkan setelah bayi lahir. Jadi, apabila ibu terkonfirmasi positif COVID-19 berdekatan dengan bayi, tentu droplet dari ibu bisa saja menjadi media penularan ke bayi.
Lalu, bagaimana dengan ibu yang menyusui bayinya dengan ASI?
WHO menerangkan bahwa tidak ditemukan virus SARS-CoV-2 pada ASI ibu yang terkonfirmasi COVID-19.
Walaupun sampai sejauh ini virus corona pada dasarnya tidak terdeteksi dalam ASI, penularan bisa tetap terjadi melalui kontak fisik ibu berstatus positif COVID-19. Sehingga, ibu yang terkonfirmasi COVID-19 disarankan untuk memberikan ASI kepada bayi dalam bentuk ASI perah menggunakan botol susu yang steril.
Berdasarkan data yang dihimpun CDC, bayi 0-12 bulan merupakan rentang usia yang memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita gejala berat COVID-19 dibandingkan anak dengan usia lebih tua. Namun, informasi terkait gejala klinis dan derajat keparahan COVID-19 pada bayi masih sangat terbatas dan baru dilaporkan pada sedikit laporan kasus.
Gejala COVID-19 pada bayi kurang lebih mirip dengan orang dewasa, seperti:
Pada beberapa kasus yang dilaporkan oleh CDC, sejauh mana infeksi SARS-CoV-2 berkontribusi terhadap tanda-tanda infeksi dan komplikasi masih belum jelas karena gejala – gejala tersebut juga dapat ditemukan pada penyakit lain di bayi, seperti transient tachypnea of newborn, sindrom distress pernapasan pada bayi, dll.
Berdasarkan laporan kasus tersebut, mayoritas bayi cukup bulan (usia kehamilan 37 minggu) hanya memiliki gejala ringan dan sembuh tanpa komplikasi atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Dilaporkan pula terdapat bayi dengan positif COVID-19 menderita gejala parah hingga membutuhkan ventilator.